Follow Me @aardhidr

Monday, January 10, 2011

Dongeng " Legenda Gunung Kemukus " ( Lomba Mendongeng )

DONGENG
“LEGENDA GUNUNG KEMUKUS”





Dibuat oleh:

Arifinnanda Auliya Ardhi
VIII D













SMP NEGERI 1 GEMOLONG
Jalan Diponegoro 60 Gemolong,sragen 57274
Telp. (0271)7000467







Judul : Legenda Gunung Kemukus






Pangeran Samudro adalah putra Raja Majapahit terakhir dari ibu selir. Ketika Kerajaan Majapahit runtuh, Pangeran Samudro tidak ikut melarikan diri seperti saudara-saudaranya yang lain. Bahkan beliau bersama ibunya ikut diboyong ke Demak Bintoro oleh Sultan Demak. Pada waktu itu beliau telah berusia 18 tahun.

Pangeran Samudro diperintahkan untuk berguru tentang agama Islam kepada Kyai Ageng Gugur dari Desa Pandan Gugur,di lereng Gunung Lawu, Pangeran Samudro mempunyai misi suci untuk menyatukan saudara saudaranya yang telah tercerai berai sesuai dengan pesan ibundanya.






Selama berguru kepada Kyai Ageng Gugur, Pangeran diberi ilmu tentang intisari ajaran Islam secara mendalam. Selama itu pula, Pangeran tidak mengetahui bahwa Kyai Ageng Gugur sebenarnya adalah kakaknya sendiri. Ketika dirasa Pangeran Samudro telah menguasai ilmu yang diajarkan, Kyai Ageng Gugur baru menceritakan siapa beliau sesungguhnya.






Betapa terkejutya Pangeran Samudro yang akhirnya mengetahui siapa Kyai Ageng Gugur sebenarnya. Akhirnya dia teringat akan pesan ibundanya, yaitu menyatukan saudara saudaranya.






Setelah selesai berguru dan tercapai maksud dan tujuannya, Pangeran Samudro dan dua abdinya yang bernama Hasto dan Seto kembali meneruskan perjalanan kearah barat dan samailah mereka di desa Gondang, Jenalas. Kemudian mereka beristiraat untuk melepaskan lelah.






Setelah dirasa cukup, mereka kembali melanjutkan perjalanan ke arah barat dan sampai di suatu tempat di Padang Oro Oro. Sampai sekarang tempat tersebut dikenal dengan nama Dusun Kabar, Desa Bogorame. Di tempat ini Pangeran Samudro terserang penyakit yang lumayan parah. Walaupun demikian, Pangeran Samudro tetap bersih keras untuk meneruskan perjalanan sampai ke Dukuh Doyong. 


Karena sakit yan diderita Pangeran Samudro semakin parah, kemudian Hasto dan Seto berkata “Tuanku Pangeran istirahatlah dulu di Desa Doyong ini, agar penyakit pangeran tidak bertambah parah ! ”Kemudian Pangeran Samudro menjawab “Baiklah...Kita akan beristirahat dulu di Desa Dukuh Doyong ini”.


Setelah dua hari berada di Dukuh Doyong tersebut, sakit yang diderita Pangeran Samudro semakn parah. Bahkan Seto berfikir “Kemungkinan besarpangeran Samudro akan meninggal dunia.”Kemudian Hasto menjawab “Hus !!! Hidup dan mati seseorang itu hanya di tangan Tuhan Yang Maha Kuasa”.


Kemudian Pangeran Samudro memerintahkan Hasto dan Seto untuk mengabarkan kondisinya kepada Sultan Demak, dan memerintahkan apabila sudah selesai segera kembali. Namun setelah Hasto dan Seto kembal Ke Dukuh Doyong Pangerran Samudro sudah meninggal dunia.Kemudian Hasto dan Seto teringat akan pesan Sultan di Kudus “Apabila Pangeran Samudro meninggal dunia di tengah perjalanan, kebumikanlah dia di perbukitan sebelah barat Dukuh Doyong”.





Sebelum pemakaman, diadakan musyawarah di antara orang-orang yang memiliki lahan di sekitar wilayah itu. Mereka bersepakat bahwa lokasi bekas peristirahatan Pangeran Samudro akan didirikan desa baru dan diberi nama “Dukuh Samudro” yang sampai kini terkenal dengan nama “Dukuh Mudro”.


Pangeran Samudro dan pengikutnya sebenarnya sangat diharapkan untuk kembali ke Kasultanan Demak oleh Sultan Demak, namun ajal terlebih dahulu menjemput Pangeran Samudro. Sultan Demak mengatakan, “Menurutku sakitnya Si Samudro itu sudah tidak bisa diharapkan untuk membaik dan jauh kemungkinan untuk sampai ke Demak.Kiranya jika memang sudah menjadi suratan Yang Maha Kuasa bahwasanya sampai di situ saja riwayatnya, maka saya memberi petunjuk jika Si Samudro sudah sampai ajalnya, maka kebumikanlah jasadnya pada suatu tempat di bukit arah barat laut dari tempat Pangeran Samudro meninggal”. 



Setelah menerima kabar dari Abdi Dalem Pangeran Samudro, Sultan Demak kemudian menyampaikan berita meninggalnya Pangeran Samudro tersebut kepada ibu Pangeran Samudro, R.Ay. Ontrowulan. Terkejutlah beliau mendengar berita tersebut dan memutuskan untuk menyusul ke tempat Pangeran Samudro dimakamkan. Kepergian ibunda Pangeran Samudro ke makam putranya diantar oleh abdi Pangeran Samudro yang setia. Ibunda Pangeran Samudro berniat untuk bermukim di dekat Makam Pangeran Samudro dan merawat makam putranya tersebut.

Setelah sampai di pemakaman, ibunda Pangeran Samudro langsung merebahkan badannya sambil merangkul pusara putra satu-satunya yang amat dicintainya. 

Sampai pada suatu ketika ia merasa bertemu kembali dengan putranya serta dapat bertatap muka dan berdialog secara gaib :
“Oh Ananda begitu sampai hati meninggalkan aku dan siapa lagi yang kutunjuk sebagai gantimu, hanya engkau satu-satunya putraku dan aku tidak dapat berpisah denganmu”.

Jawab Pangeran Samudro :
“Oh Ibunda, Bunda tentu tidak dapat berkumpul dengan Ananda sebab ibunda masih berbadan jasmani dan selama belum melepas raga, untuk itu harus bersuci terlebih dahulu di sebuah “sendang” yang letaknya tidak jauh dari tempat ini”.

Setelah terbangun dan tersadar dari pertemuan dengan putranya, beliau pun bangkit dan pergi ke sendang yang dikatakan putranya untuk bersuci. Setelah itu, rambutnya yang sudah terurai dikibas-kibaskan dan jatuhlah bunga-bunga penghias rambutnya. Akhirnya bung itu tumbuh dengan dengan subur dan menjadi tumbuhan “Nagasari”. 

Oleh karena tebalnya rasa kepercayaan ibunda Pangeran Samudro yang melampaui batas keprihatinan, beliau akhirnya dapat mencapai muksa secara gaib sampai badan jasmaninya. Hal ini dikarenakan tak seorang pun tahu kemana perginya R.Ay. Ontrowulan atau dengan kata lain ibunda Pangeran Samudro hilang tak tentu rimbanya. Untuk mengenang peristiwa tersebut tempat bersuci R.Ay. Ontrowulan, diberi nama “Sendang Ontrowulan”.



Selanjutnya diterangkan bahwa di atas bukit tempat Pangeran Samudro dimakamkan, apabila menjelang musim hujan ataupun kemarau tampaklah kabut-kabut hitam seperti asap atau yang sering disebut dengan nama Kukus. Karena hal itulah, penduduk setempat menyebut bukit itu “Gunung Kemukus”. Demikianlah asal-usul Gunung Kemukus.


Oleh : Arifinnanda A.A


VIII D


SMP N 1 Gemolong










No comments:

Post a Comment

Saran dan kritik anda sangat diperlukan untuk hasil yang lebih optimal